WASPPADA POLITIK ADU DOMA
Awas Provokasi di Medsos
FOKUS.COM -- Politik adu domba di Indonesia akhir-akhir ini sudah sangat mengkhawatirkan, hal tersebut ditandai dengan adanya propaganda-propaganda yang dilakukan oleh kelompok tertentu dengan menggunakan media sosial seperti Facebook, Telegram dan WhatApp untuk maksud dan tujuan tertentu yang berupaya untuk memecah belah semangat persatuan dan kesatuan negara kita. Sebagai warga negara Indonesia yang cerdas dan mempunyai visi yang jelas untuk tetap menjaga agar negara kita selalu dalam keadaan damai dan tenteram, tentunya informasi-informasi yang kita terima dari media-media sosial tersebut, harus dicerna secara cerdas dan tidak langsung mempercayai informasi-informasi tersebut, apalagi sampai kita terprovokasi.
Dari situasi dan kondisi tersebut tentunya dapat dibuat sebuah suatu kesimpulan bahwasannya masih ada beberapa kelompok/oknum yang tinggal dinegara kita merupakan sebuah “duri dalam daging” yang sedang mengganggu/merusak kondisi negara kita yang sebelumnya sudah aman, damai dan tenteram saat ini. Kelompok/oknum yang seperti itu, sudah seharusnya kita pisahkan dari masyarakat Indonesia secara umum. Pada dasarnya masyarakat Indonesia selalu ingin menjaga sikap toleransi, sikap menghargai, sikap selalu ingin menjaga ketentraman dan selalu menjaga perdamaian antar kelompok/golongan yang berbeda-beda.
Seperti yang yqng pernah terjadi pada beberapa hari lalu, ada informasi tersebar dari media sosial WhatsApp yang isinya menyebutkan bahwasannya Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo hadir sebagai pembicara dalam kegiatan diskusi dengan mengusung tema MENUJU AKSI DAMAI 212 : “TEGAKKAN HUKUM TERHADAP PENISTA AGAMA & PELINDUNGNYA, MAKAR NGGA YA....???”.Lebih lanjut informasi itu menyebutkan bahwa yang hadir dalam diskusi tersebut hadir sebagai pembicara antara lain :
Dari situasi dan kondisi tersebut tentunya dapat dibuat sebuah suatu kesimpulan bahwasannya masih ada beberapa kelompok/oknum yang tinggal dinegara kita merupakan sebuah “duri dalam daging” yang sedang mengganggu/merusak kondisi negara kita yang sebelumnya sudah aman, damai dan tenteram saat ini. Kelompok/oknum yang seperti itu, sudah seharusnya kita pisahkan dari masyarakat Indonesia secara umum. Pada dasarnya masyarakat Indonesia selalu ingin menjaga sikap toleransi, sikap menghargai, sikap selalu ingin menjaga ketentraman dan selalu menjaga perdamaian antar kelompok/golongan yang berbeda-beda.
Seperti yang yqng pernah terjadi pada beberapa hari lalu, ada informasi tersebar dari media sosial WhatsApp yang isinya menyebutkan bahwasannya Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo hadir sebagai pembicara dalam kegiatan diskusi dengan mengusung tema MENUJU AKSI DAMAI 212 : “TEGAKKAN HUKUM TERHADAP PENISTA AGAMA & PELINDUNGNYA, MAKAR NGGA YA....???”.Lebih lanjut informasi itu menyebutkan bahwa yang hadir dalam diskusi tersebut hadir sebagai pembicara antara lain :
1. PROF. YUSRIL IHZA MAHENDRA
2. PANGLIMA TNI JEND. GATOT NURMANTYO
3. MUNARMAN, SH
4. BENY PRAMULA (PRESIDEN PEMUDA ASIA AFRIKA)
5. ROMO SYAFI’I (ANGGOTA DPR)
6. MASHURI (KOKAM)
7. AMIRULLAH AMIN (GBN)
Dengan seorang Host yang bernama KH. M. Al Khaththath (Sekjen FUI)
Menurut logika dan akal sehat, keberadaan dari Panglima TNI dalam diskusi tersebut sangat tidak mungkin, karena TNI tidak mengurusi soal keagamaan dalam konteks hukum. Jadi sangatlah janggal dan lucu jika kehadiran Panglima TNI dalam diskusi tersebut diharapkan dapat berbicara terkait masalah hukum dan agama yang sifatnya terlalu spesifik. Menurut logika ada kelompok/oknum tertentu yang tidak bertanggung jawab secara sengaja sudah mencoba menggiring opini publik agar keberadaan dari Panglima TNI dalam diskusi tersebut, masyarakat Indonesia membuat sebuah kesimpulan bahwasannya Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo telah berpihak kepada kelompok/organisasi tertentu. Tentu opini seperti inilah yang diharapkan oleh kelompok/organisasi yang tidak bertanggung jawab tersebut.
Diskusi yang dilakukan oleh organisasi/kelompok, dimana tema yang diusung sifatnya spesifik, tentunya dalam mengundang para pembicara-pembicara yang hadir dalam diskusi tersebut adalah orang-orang yang secara spesifik telah mengenyam pengetahuan dan pendidikan yang khusus pula. Artinya akan lebih tepat jika dalam diskusi tersebut diisi oleh ahli-ahli masalah hukum dan tafsir Alquran, agar output dari diskusi tersebut bisa memberikan penjelasan yang tepat.
Sudah saatnya kita saling bergandeng tangan kembali dan merajut kembali apa yang sudah tercabik-cabik oleh tangan-tangan serta pikiran-pikiran yang kotor yang sudah berupaya untuk merusak dan menghancurkan negara kita. Jangan kita mudah dihasut oleh ide-ide dari kelompok/oknum tertentu, yang mana lambat laun ide-ide kotor itu merusak moral dan mental masyarakat Indonesia yang majemuk ini. (Tmp.26/11)

Post a Comment