Foto Ilustrasi
Dia yang bernama perempuan berkalung satu kalimat akad dalam pernikahan menjadikannya seorang istri. Kalung itu ibarat sehelai rambut. Hanya sehelai rambut yang teramat kecil, lembut, ringkih, dan mudah terputus. Bukanlah sebuah rantai besi yang sangat kuat yang menjadi pengikat sehingga tidak mudah terputus, tidak mudah terpisahkan oleh prahara apapun. Kalung sehelai rambut saja, yang saya katakan ringkih dan mudah putus, yaitu ia yang mudah sekali terputus hanya melalui ucapan talak seorang suami.
Ringkihnya ikatan itulah yang harus sangat hati-hati untuk dijaga dan dirawat agar tetap kuat dan tidak mudah terputus.
"Istri itu harus menuruti semua perkataan suami, istri itu harus siap diatur suami, istri itu harus mengikuti perintah suami......." dan bla...bla...bla lainnya itu yang sering kali terdengar di kalangan masyarakat mendudukkan perempuan dalam rumah tangga. Bahkan ada yang secara ekstrim dalam menyatakan bahwa perempuan itu "swargo nunut neroko katut". Dia yang bernama perempuan sering kali ditempatkan pada dunia nomor dua atau sering pula disebut "konco wingking" hanya berperan di dapur, sumur dan kasur.
Ia yang bernama perempuan harus siap dengan pernyataan seperti itu. Juga kesiapan untuk memilih untuk menjadi istri yang nurut manut ataukah istri cerdas, yang selalu anggun dan beretika dalam setiap mengemukakan pedapatnya pada suami agar tidak dikatakan tidak nurut atau tidak bisa diatur dan menjadi pembangkang. Jujur saya tidak sepakat sepenuhnya dengan peryataan "Istri itu harus menuruti semua perkataan suami, istri itu harus siap diatur suami, istri itu harus mengikuti perintah suami" karena istri juga memiliki hak yang sama di dalam mengemukakan pendapat dan diberi hak yang sama untuk turut serta dalam pengambilan keputusan di dalam rumah tangga. Perempuan itu dapat menjadi penyejuk mata penajam pikiran bagi suaminya. dapat pula menjadi penunjuk jalan bila dalam kebuntuan. Itu pun tak lepas dari peran perempuan yang cerdik dan cerdas di dalam rumah tangga.
Islam memandang perempuan memiliki banyak keistimewaan dan lebih unggul dibandingkan laki-laki. Di dalam Al-Qur’an telah banyak memberitahukan kepada kita semua tentang kedudukan perempuan dan emansipasinya dengan kaum laki-laki. Perempuan memiliki esensi dan identitas yang sama dengan laki-laki. Bahkan satu surat di dalam Al-Qur’an mengandung nama perempuan yakni surat “An-Nisa“. Rasulullah SAW ketika ditanya siapa orang yang paling berhak untuk dihormati dan didahulukan, beliau menjawab “ibumu! ibumu! ibumu! kemudian ayahmu“. Subhanallah, begitu mulianya seorang perempuan di dalam pandangan Islam.
Untuk itu pulalah penghargaan dan pemuliaan terhadap perempuan, terhadap istri menjadi sebuah kesemestian.
Di dalam rumah tangga seorang suami yang bekerja dengan susah payah membanting tulang, memeras keringat untuk mencari nafkah mencukupi kebutuhan rumah tangga pasti akan membutuhkan kehadiran seorang istri yang dapat menyenangkan, melegakan, melepaskan rasa lelah di badan maupun penat dalam pikiran dan yang memberikan inspirasi harapan serta motivasi baru untuk menunaikan tugas- tugasnya. Tugas istri semacam ini tidak dapat dilakukan dengan sebaik- baiknya oleh seorang istri yang hanya mementingkan kepentingannya sendiri, dikarenakan istri juga merasakan lelah, capek juga menghadapi masalah dan beban mental yang sangat besar, dan bahkan kemungkinan lebih berat dengan apa yang dirasakan oleh suaminya.
Dalam keadaan demikian tersebut, akhirnya timbul pertanyaan atau persoalan : "Apakah suami yang menghibur istri, ataukah sebaliknya istri yang menghibur suami, ataukah kedua- duanya malah sibuk dengan kelelahan dan kepenatan, sehingga saling bersikap acuh? Dan mungkin masih banyak pertanyaan lain. Jika dalam keadaan rumah tangga yang tidak dapat menempatkan tugas dan fungsinya baik suami atau istri akan membawa dampak yang sangat buruk. Semua anggota keluarga memiliki pandangan sendiri sendiri dikarenakan tidak adanya visi dan misi keluarga yang jelas. Seorang suami memiliki rasa diktator karena sebagai kepala rumah tangga yang menentukan kebijakan, seorang istri berpandangan egois jika tidak ada dirinya di rumah tangga akan menjadi kacau sebab yang mengetahui dalam rumah tangga adalah istri demikian juga anak akan berpandangan bahwa di dalam rumah tidak ada ketenteraman karena sibuk dengan kepentingannya sendiri- sendiri sehingga menjadi broken home dan lain sebagainya. Sebagai salah satunya dapat kita lihat adalah fungsi dan tugas seorang wanita sebagai istri dalam rumah tangga. Seorang istri sebagai sosok wanita yang juga berat tugas dan tanggung jawabnya ketika berhadapan dengan tugas rumah tangga mendampingi suaminya.
Dan hal ini pun akan menjadi polemik berkepanjangan apabila seorang istri merupakan perempuan pekerja. Ia akan melakukan tugas dan peran ganda, bertugas sebagai istri yang harus mengurus suami, sebagai ibu yang harus mengurus anak-anaknya juga sebagai seorang perempuan pekerja yang harus mengurus pekerjaannya sebaik mungkin. Permasalahan-permasalahan ini semakin menjadi polemik manakala tidak ada penyatuan visi dan misi dalam rumah tangga sebelum pernikahan berlangsung. Dan semua itu menyangkut pilihan paling tepat untuk diambil keputusannya oleh kedua pasangan. Karena masalah-masalah seperti inilah yang akhirnya memunculkan ketimpangan-ketimpangan dan ketidakadilan di dalam rumah tangga.
Rasulullah menyebut seorang istri sekaligus sebagai seorang ibu tiga tingkat derajatnya lebih tinggi dibandinggkan ayah. Dengan inilah bentuk Islam mengagungkan dan menjunjung tinggi harkat dan martabat kaum wanita. Begitu mulianya ketika seorang wanita menjadi muslimah dan umahat sejati hidup bersama merajut kehidupan rumah tangga yang harmonis bersama suami tercinta. Seorang suami sebagai kepala rumah tangga tidak dapat mendominasi tugas dan fungsinya dalam rumah tangga sebaliknya juga seorang istri sebagai pendamping tidak dapat memaksakan kehendak sebagai seseorang yang paling berperan dalam rumah tangga karena kehidupan rumah tangga membutuhkan partisipasi keduanya sehingga rumah tangga menjadi harmonis.
Khadijah r.a, istri Rasulullah SAW adalah salah satu contoh teladan dari sosok peran wanita. Saat Rasulullah SAW menerima wahyu pertama dari Allah SWT, beliau melihat Jibril dalam bentuk sebenarnya sehingga beliau sangat takut. Saat Rasulullah menggigil, ketakutan, Khadijah lah orang pertama yang menenangkan dan menghilangkan ketakutan nabi SAW. Karena Khadijah tahu betul bagaimana akhlaq mulia suaminya sehingga menjadi kekasih Allah. Khadijah lah orang pertama yang masuk Islam. Khadijah lah orang pertama di dunia yang membenarkan Nabi SAW. Khadijah lah orang pertama yang menerima pesan dakwah, pesan Islam. Khadijah saat itu juga menolong Rasulullah SAW. Di sini kita lihat sosok seorang wanita sudah memainkan peranan. Khadijah bukan perempuan yang bermalas malasan tinggal di rumah. Tapi dia langsung berfikir bagaimana membantu dan memberi motivasi suaminya. Khadijah juga ikut bersama mendampingi Rasulullah SAW mengadakan dakwah di kala susah, duka serta bahagia dengan segala potensi yang dimilikinya mengarungi bahtera kehidupan rumah tangga sampai akhir hayat. Uraian di atas memberikan gambaran kepada kita betapa mulianya seorang wanita yang shalihah yang mampu berperan bersama suami menjadikan rumah tangga ladang beramal shalih dan beribadah kepada Allah SWT. Dalam hal ini dengan tidak mengesampingkan tugas dan fungsi suami dalam rumah tangga seorang istri yang shalihah sangat membantu peranan suami tercinta dalam rumah tangga.
Pendidikan dan Ilmu diutamakankan untuk membekali seorang wanita agar dapat mendidik anak - anaknya kelak. Pria dan wanita memiliki derajat hak dan tanggung jawab yang sama disisi Allah Ta'ala. Namun kita jangan berpikir bahwa persamaaan derajat wanita ini jangan sampai melupakan fitrah yang Allah berikan padanya dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Pria dan wanita keduanya memiliki tugas dan peran yang berbeda-beda, namun saling melengkapi. Untuk itu, keduanya pun harus memiliki bekal yang cukup sehingga fungsi dan tugas yang diletakkan pada pundaknya dapat terlaksana. Begitu banyak untaian kata yang harus kita rangkaikan untuk menggambarkan sosok peran wanita dalam kehidupannya. Dan akhirnya kita perlu memperhatikan dan tidak meremehkan derajat seorang wanita sebab Islam sendiri mengagungkan dan memuliakan harkat dan martabat wanita dikarenakan peran dan fungsi wanita yang sangat penting. Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa baik buruknya suatu bangsa dapat dilihat dari kaum wanitanya. Jika kaum wanitanya baik maka bangsa itu akan baik, sebaliknya jika wanitanya buruk, maka bangsa itupun akan buruk pula ***
|
Post a Comment